BursaDanValas

Laporan Keuangan Indofarma: Pendapatan Turun 54%, Keuntungan Higienis Minus Rp 600 M

Direksi BUMN Farmasi dari kiri ke kanan Dirut Indofarma kedua dari kiri (melihat laptop).
Direksi BUMN Farmasi dari kiri ke kanan Dirut Indofarma Yeliandriani, kedua dari kiri (melihat laptop) – Foto: /Shafira Cendra Arini

Jakarta

PT Indofarma Tbk (INAF) dan anak perusahaan tengah terseret problem praduga penyimpangan keuangan hingga membuat kerugian negara meraih Rp 371 miliar. Tak cuma itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) baru-baru ini juga menerima bahwa perusahaan terjerat utang proteksi online (pinjol).

Ternyata, keuangan perusahaan sudah terguncang sejak bertahun-tahun lalu. Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Shadiq Akasya mengatakan, sejak 2021 s.d 2023 perusahaan mengalami tren penurunan kinerja.

“Kami jelaskan bahwa kinerja Indofarma mengalami tren menurun sejak tahun 2021 s.d 2023, baik secara pendapatan maupun profitabilitas. Namun di 2023 sudah ditangani upaya-upaya perbaikan, khususnya di beban kerja keras dan keuangan,” kata Shadiq, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bareng Komisi VI di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (19/6/2024).

Baca juga: Bos Holding BUMN Farmasi Beberkan Kasus Indofarma: Utang Pinjol Rp 1,26 M

“Pendapatan (2023) sebesar Rp 524 miliar turun sebesar 54,2%. Pendapatan ini didominasi oleh penjualan produk dalam negeri sebesar Rp 501 miliar,” sambungnya.

Dalam materi paparannya, tercatat bahwa pada tahun 2022 sendiri Indofarma mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,14 triliun. Jumlah pendapatan 2023 juga turun lebih dari 70% dari target perusahaan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2023 di angka Rp 1,87 triliun.

Selanjutnya, besaran beban sebelum pajak atau EBITDA tahun 2023 tercatat sebesar negatif Rp 293 miliar. Menurut Shadiq, angka ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya di negatif Rp 361 miliar.

“Hal ini disebabkan penurunan beban penjualan dan distribusi seiring penurunan penjualan dan efisiensi atas banyak sekali operasional kantor,” jelasnya.

Selain itu, net income atau keuntungan higienis turun dari 2022 sebesar minus atau negatif Rp 428 miliar menjadi negatif Rp 600 miliar di 2023. Shadiq menjelaskan, hal ini karena adanya penyisihan piutang sebesar Rp 46 miliar dan biaya-biaya terkait pajak sebesar Rp 120 miliar.

Shadiq juga menambahkan, posisi keuangan di 2022 masih menyesuaikan dengan kinerja yang belum membaik sehingga nilai aset atau ekuitas perusahaan di posisi negatif Rp 615 miliar. Sementara total aset di 2023 sebesar Rp 933 miliar.

“Perlu kami tegaskan Indofarma di saat ini masih proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan proses legal aspect-nya masih terus berlangsung hingga sekarang. Nanti sanggup kami jelaskan di belakang,” ujar dia.

indofarmabumn farmasiholding bumn farmasi

Leave feedback about this

  • Quality
  • Price
  • Service

PROS

+
Add Field

CONS

+
Add Field
Choose Image
Choose Video